Menyelami Fenomena Hikikomori Dari Pop Culture

(TOC) Cek Dulu! Baru Dibaca!

Ketika Hiburan Menyingkap Realitas Sosial Jepang

Sebagai penggemar budaya Jepang sejak lama, aku sering melihat berbagai karakter dalam anime dan film yang digambarkan suka menyendiri, tidak bergaul, bahkan mengurung diri di kamar. Dulu, aku pikir itu hanya bagian dari dramatisasi semata. Tapi semakin aku menggali, aku baru sadar bahwa ada fenomena nyata yang melatarbelakangi semua itu, yaitu hikikomori.

Hikikomori (ひきこもり) adalah istilah Jepang untuk menyebut orang-orang yang menarik diri dari kehidupan sosial, memilih tinggal di kamar mereka berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Fenomena ini bukan lagi hal aneh di Jepang. Bahkan pemerintah dan lembaga sosial sudah sejak lama mencoba memahami dan mengatasi masalah ini.

Aku merasa topik ini sangat penting untuk dibahas, karena banyak dari kita yang mungkin belum benar-benar paham apa itu hikikomori dan bagaimana budaya pop seperti film dan anime secara tidak langsung menjadi cerminan sekaligus penyuluh tentang kondisi ini. Apalagi di era sekarang, kecenderungan untuk menarik diri dari interaksi sosial bukan hanya terjadi di Jepang, tapi juga di negara lain, termasuk Indonesia.

Melalui artikel ini, aku ingin mengajak kamu menyelami apa itu hikikomori, kenapa ini bisa jadi masalah serius, bagaimana budaya pop Jepang menampilkan isu ini, dan bagaimana Jepang menanggapinya melalui berbagai kampanye dan layanan masyarakat.

Kita tidak hanya akan membahas sisi psikologisnya, tapi juga bagaimana entertainment menjadi media edukasi dan refleksi terhadap masalah sosial yang kompleks ini.

Fenomena Hikikomori
Gambar: Siswa Pop Culture


 Apa Itu Hikikomori dan Mengapa Terjadi?

Hikikomori adalah kondisi psikososial di mana seseorang menarik diri dari kehidupan sosial dalam jangka waktu yang lama. Orang yang mengalami hikikomori biasanya tidak bekerja, tidak sekolah, dan hanya berada di dalam rumah atau kamar mereka, dengan interaksi sosial yang sangat minim atau bahkan nihil.

Fenomena ini pertama kali diangkat secara serius oleh Kementerian Kesehatan Jepang pada tahun 1990-an. Berdasarkan data yang dirilis pada 2019 oleh pemerintah Jepang, ada lebih dari 1 juta orang yang tergolong hikikomori, dan jumlah ini diprediksi terus meningkat, terutama setelah pandemi COVID-19.

Beberapa teori psikologi menyebutkan bahwa hikikomori terjadi karena kombinasi dari tekanan sosial, kegagalan akademik, tekanan keluarga, dan ekspektasi budaya yang tinggi. Di Jepang, tekanan untuk sukses sangat kuat, dan kegagalan bisa dianggap sebagai aib. Hal inilah yang membuat sebagian orang lebih memilih menarik diri daripada menghadapi penilaian sosial.


Baca Juga:  Hitsuji to Okami no Koi to Satsujin (2019)

 

Secara umum, teori yang bisa menjelaskan fenomena ini adalah Teori Stres-Koping, yang menyebut bahwa ketika seseorang tidak mampu mengatasi tekanan eksternal, mereka mencari pelarian, dalam hal ini adalah isolasi diri. Sayangnya, kebiasaan menyendiri ini bisa berubah menjadi kebiasaan kronis yang berdampak pada kesehatan mental.

Berikut ini tabel yang merangkum faktor-faktor penyebab hikikomori:

Faktor PenyebabPenjelasan
Tekanan AkademikHarapan untuk masuk sekolah atau universitas elit
Tekanan KeluargaEkspektasi tinggi dari orang tua terhadap anak
Norma SosialBudaya malu dan rasa gagal yang tinggi di masyarakat Jepang
Pengaruh TeknologiTerlalu banyak waktu di dunia virtual tanpa interaksi sosial nyata
Gangguan PsikologisDepresi, kecemasan sosial, dan trauma masa kecil

 

Representasi Hikikomori dalam Film dan Anime

Salah satu hal yang membuatku tertarik adalah bagaimana budaya pop Jepang tidak menghindar dari isu ini, bahkan menampilkannya secara terang-terangan dalam banyak karya hiburan mereka. Salah satu film yang menggambarkan dengan jelas adalah Love and Murder of Sheep and Wolf, di mana tokoh utamanya, Etsuro Kurosu, adalah seorang hikikomori.

Film ini menggambarkan perubahan hidup seorang nolep yang tadinya putus asa, namun menemukan semangat hidup baru karena seorang gadis tetangga. Tapi film ini tidak sekadar romantis—ia juga menyisipkan unsur thriller dan psikologi gelap, membuat penonton menyadari bahwa penyembuhan dari hikikomori bukan hal yang linear.

Selain itu, anime seperti Welcome to NHK! juga mengangkat tema yang sama, bahkan dengan pendekatan yang lebih menyentuh dan realistis. Tokohnya, Satou, adalah hikikomori yang hidup dalam ilusi dan kecemasan, dan berusaha keluar dari zona nyamannya.

Melalui media seperti ini, masyarakat Jepang secara tidak langsung diajak untuk menyadari keberadaan dan dampak hikikomori. Ini menjadi bukti bahwa entertainment bisa menjadi cermin sosial, bukan hanya sekadar hiburan.

Berikut ini tabel beberapa media Jepang yang mengangkat tema hikikomori: 

JudulFormatDeskripsi Singkat
Love and Murder of Sheep and WolfFilmHikikomori dan cinta penuh darah yang absurd namun menyentuh
Welcome to NHK!AnimeKisah satir dan realistis tentang perjuangan keluar dari isolasi
SolaninMangaEksplorasi kehilangan arah dan depresi di usia muda
March Comes in Like a LionAnimeTokoh utama mengalami isolasi emosional dan sosial
EvangelionAnimeShinji sebagai simbol remaja yang terisolasi dari masyarakat

 

Peran Pemerintah dan Layanan Masyarakat Jepang

Yang aku kagumi dari Jepang adalah keseriusan mereka dalam menangani isu ini. Pemerintah Jepang tidak tinggal diam. Sejak tahun 2010, mereka meluncurkan berbagai layanan masyarakat dan kampanye untuk membantu para hikikomori keluar dari keterpurukan.

Salah satu program yang cukup terkenal adalah “Support Station”, sebuah fasilitas konseling gratis untuk anak muda yang mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan hubungan sosial. Selain itu, banyak juga relawan yang datang langsung ke rumah-rumah para hikikomori untuk membangun komunikasi.

Ada juga organisasi seperti New Start yang menyediakan tempat tinggal bersama dan pelatihan kerja bagi para hikikomori agar bisa kembali hidup normal secara bertahap. Upaya ini sangat penting, karena proses pemulihan tidak bisa instan dan harus dilakukan dengan empati serta pemahaman.

Dari sisi kampanye, Jepang juga melibatkan media massa, seperti drama televisi dan talkshow, untuk menyebarkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental. Bahkan, mereka juga memanfaatkan karakter anime populer untuk mengajak generasi muda agar tidak takut mencari bantuan.

Tabel berikut menjelaskan pendekatan pemerintah Jepang terhadap fenomena ini: 

Program/StrategiTujuan Utama
Support StationKonseling dan pelatihan untuk anak muda yang menyendiri
Kunjungan RelawanInteraksi langsung dengan hikikomori untuk membangun kepercayaan
Tempat Tinggal BersamaReintegrasi sosial secara perlahan melalui komunitas
Kampanye MediaEdukasi publik melalui drama, anime, dan acara TV
Layanan Konseling OnlineAkses mudah bagi hikikomori yang takut keluar rumah

 

Kesimpulan: Saatnya Kita Pahami, Bukan Menghakimi

Melalui penelusuran dan tontonan film maupun anime, aku jadi semakin paham bahwa hikikomori bukan sekadar sifat malas atau aneh. Ini adalah fenomena sosial dan psikologis yang kompleks. Orang yang mengalaminya butuh pemahaman, bukan penghakiman.

Budaya Jepang, meskipun penuh tekanan, juga memberikan solusi dalam bentuk kampanye, layanan masyarakat, dan hiburan yang menyentuh sisi emosional manusia. Kita bisa belajar banyak dari cara mereka menangani fenomena ini secara terbuka dan kreatif.

Aku merasa penting bagi masyarakat Indonesia juga untuk mulai menyadari bahwa kesehatan mental adalah isu serius. Kalau kita melihat seseorang yang cenderung menyendiri atau tertutup, bukan berarti mereka aneh, mungkin saja mereka sedang berjuang sendiri dalam diam.

Film seperti Love and Murder of Sheep and Wolf bisa menjadi pintu awal untuk mengenali lebih jauh sisi-sisi gelap manusia yang tak terlihat di permukaan.

Saran: Yuk, Lebih Peka dengan Lingkungan Sosial

  • Kalau kamu punya teman atau keluarga yang cenderung menarik diri, coba dekati dengan empati.
  • Jangan cepat menghakimi orang yang terlihat menyendiri. Bisa jadi mereka sedang butuh ruang atau bantuan.
  • Gunakan hiburan seperti film dan anime sebagai jembatan edukasi tentang isu psikologis.
  • Dukung kampanye dan layanan masyarakat yang peduli pada kesehatan mental, baik secara online maupun offline. 

FAQ

Q: Apa itu hikikomori?
A: Hikikomori adalah kondisi di mana seseorang memilih menarik diri dari kehidupan sosial dalam jangka waktu lama.

Q: Apakah hikikomori bisa disembuhkan?
A: Bisa, dengan pendekatan psikologis, dukungan keluarga, dan program sosial yang tepat.

Q: Apakah hikikomori hanya terjadi di Jepang?
A: Tidak. Meskipun istilahnya berasal dari Jepang, kondisi serupa juga bisa terjadi di negara lain.

Q: Apa media hiburan terbaik untuk mengenal hikikomori?
A: Film seperti Love and Murder of Sheep and Wolf atau anime Welcome to NHK! bisa jadi referensi yang baik.


Galih Enggar

I am a Graphic Designer, SEO Writer, and Video Creator with a background in computer technology and communications. I have been involved in various projects encompassing graphic design, SEO writing, and social media management, including content planning, creation of design and video content, and social media advertising.
I am passionate about technology, including computers, networks, social media, vehicles, artificial intelligence, and productivity. I currently reside in Depok, West Java, Indonesia, and work as a content writer. Blogger facebook-f twitter linkedin instagram youtube email

If this article is useful, please leave any message in the comments.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama

Ads